banner 325x300
Opini

Masalah Anak Muda di Cianjur Itu Berat, Jangan Dijadikan Alat Politik

×

Masalah Anak Muda di Cianjur Itu Berat, Jangan Dijadikan Alat Politik

Sebarkan artikel ini
Masalah Anak Muda di Cianjur Itu Berat, Jangan Dijadikan Alat Politik
Ilustrasi anak muda. (Foto: Pexels.com)

CIANJURUPDATE.COM – Di balik pesonanya sebagai sebuah daerah yang kaya akan budaya dan alam, Cianjur menyimpan sejumlah masalah serius yang dihadapi oleh anak muda lokal.

Dari tingkat pengangguran yang tinggi hingga kurangnya akses terhadap pendidikan dan pelatihan, tantangan yang dihadapi generasi muda di Cianjur begitu kompleks dan memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat.

Namun, yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana masalah ini sering dimanfaatkan sebagai alat politik oleh pihak-pihak tertentu, sementara kebutuhan nyata anak muda terabaikan.

BACA JUGA: Penurunan Angka Pernikahan di Indonesia, Anak Muda Cianjur: Banyak yang Harus Diperjuangkan Selain Cinta Melulu

Tantangan dan Masalah yang Dihadapi Anak Muda di Cianjur

Masalah yang dihadapi anak muda di Cianjur lebih berat dari cuma sekadar pendidikan dan pekerjaan. Menurut publikasi BPS “Cianjur Dalam Angka 2023”, Kota Santri memiliki warga berusia 20 sampai 29 tahun sebanyak 421,852. Sementara dari 2,506,384 warga Cianjur, hanya 46,624 yang bisa mengenyam pendidikan sampai S1 dan 315,640 hanya sampai SMA.

Dari 1,222,589 angkatan kerja di Cianjur, masih ada 102,803 warga yang sulit mendapatkan pekerjaan. Masalah ini terus muncul dari tahun ke tahun, fluktuatif berdasarkan kondisi sosial ekonomi di masyarakat. Tetapi seharusnya masalah ini bisa diselesaikan lebih dini.

Tingginya tingkat pengangguran di kalangan anak muda

Tingkat penanggguran yang tinggi di kalangan anak muda memaksa para pemuda di Cianjur pergi dari kota kelahirannya untuk merantau. Dari beberapa teman saya yang merantau, kebanyakan dari mereka enggan untuk pulang dan merasa nyaman bekerja di kota lain atau bahkan negara lain.

Bukan karena Cianjur kekurangan lapangan pekerjaan, tetapi mindset orang tua yang memiliki perusahaan yang masih picik melihat potensi anak muda. Ada berapa perusahaan yang sadar bahwa Digital Marketing itu efektif? Ada berapa perusahaan di Cianjur yang menganggap bahwa desainer grafis dan copywriter itu bisa meningkatkan bisnis? Padahal, bakat-bakat itu ada di anak muda.

Ketika bakat-bakat itu sulit mendapatkan industrinya di Cianjur, akhirnya anak muda memilih pergi. Atau ada juga yang terpaksa memilih pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat dan minatnya. Sebagian dari mereka bekerja menjadi staff produksi di sebuah pabrik, atau menjadi debt collector di sebuah perusahaan finance.

Keterbatasan akses terhadap pendidikan berkualitas

Akses terhadap pendidikan di Cianjur memaksa anak muda memutar otak agar tidak pasrah dengan kondisi. Banyak di antara anak muda yang tidak bisa menjajal organisasi kampus karena tidak kuliah, sulit mengikuti organisasi anak muda karena harus bekerja di korporat, dan lain sebagainya.

Salah satu teman saya yang menjadi lulusan S1 Seni Fotografi memilih kota lain seperti Jakarta untuk bekerja dan berksenian. Cianjur hanya sering dijadikan tempat pulang dan bersua dengan teman-teman lama. Sekarang kita introspeksi, adakah di Cianjur, perusahaan yang bisa membayar fotografer dengan layak?

Akses yang sulit terhadap pendidikan yang berkualitas juga membuat pengetahuan dan wawasan anak muda menjadi terbatas. Sementara kelompok atau organisasi anak muda yang ada di Cianjur kebanyakan diisi oleh mereka yang memiliki akses lebih luas.

Saya sendiri, ketika SMA harus menulis di majalah dan menjadi kuli angkut gas LPG untuk bisa memenuhi kebutuhan saya, bahkan bisa sampai membayar sekolah. Tapi tetap menyempatkan diri belajar di warnet dan melihat pengetahuan yang lebih luas. Tapi, ada berapa persen anak sekolah dengan mindset seperti itu?

Kesenjangan ekonomi antara perkotaan dan pedesaan

Kesenjangan ekonomi di Cianjur masih terasa meskipun saat ini angka kemiskinan sudah menurun. Dari pandangan saya, hal itu juga terlihat dalam konteks organisasi atau komunitas anak muda. Mereka yang memiliki ekonomi cukup, baik saat sekolah atau kuliah, memiliki kesempatan lebih banyak ketimbang mereka yang kesulitan dalam hal ekonomi.

Kebanyakan di antara mereka yang terbatas dalam hal ekonomi, kesulitan dalam menjangkau akses sosial dengan komunitas atau organisasi anak muda. Mereka fokus memenuhi kebutuhan hidupnya dan menganggap bahwa gerakan anak muda hanya menghabiskan waktu saja.

Tidak jarang orang tua dari anak muda yang kekurangan dalam hal ekonomi melarang anaknya untuk mengikuti kegiatan anak muda. Ada orang tua yang lebih rela anaknya bekerja, daripada aktif berdiskusi membahas isu sosial bersama anak muda lainnya di sebuah komunitas.

Berbeda dengan mereka yang memiliki ekonomi berkecukupan, mereka mampu mengakses dan didukung penuh oleh orang tua untuk bisa aktif dan berdaya di masyarakat dalam komunitas. Sehingga, ada kalanya mereka yang berada di kalangan ini, tidak mengerti tekanan dan pemikiran anak muda dengan keterbatasan ekonomi.

Keterbatasan infrastruktur yang membatasi potensi pengembangan diri anak muda

Di Cianjur, ada Gedung Creative Center yang menjadi salah satu infrastruktur untuk anak muda mengembangkan potensinya. Tetapi, yang ada malah masalah baru yang muncul, salah satunya adalah terbengkalainya gedung tersebut dan hanya menjadi tempat ODGJ bersembunyi.

Beberapa kali saya melihat gedung tersebut digunakan, tetapi yang jadi pertanyaan, apakah semua anak muda bisa mengakses gedung tersebut? Apa benefit yang didapatkan anak muda dari gedung itu? Anak muda seperti apa yang bisa masuk ke gedung itu? Tidak ada jawabannya sampai sekarang.

Anak muda yang bermain skateboard sulit mendapatkan fasilitas skatepark yang memadai dan berkualitas. Kemudian, anak muda yang senang UI/UX hanya bisa mendapatkan pekerjaan di kota-kota lain. Itu semua masalah yang seharusnya bisa diatasi sejak dulu.

Sering kali anak muda kesulitan dalam memasarkan dan mengembangkan potensinya. Ibaratnya, anak muda selalu kalah tender oleh mereka yang sudah kenal orang dalam, kalah oleh mereka yang punya modal lebih besar, tetapi anak muda tetap hidup.

Beberapa teman saya, merasa lebih dihargai oleh orang luar negeri ketimbang oleh bangsa sendiri. Para copywriter lebih bisa diberdayakan oleh perusahaan luar negeri, desainer grafis juga demikian, sampai virtual assistant sekali pun. Di sini? Anak muda merasa masa depannya abu-abu.

BACA JUGA: Alasan Retro dan Vintage Diburu Oleh Anak Muda Cianjur

Bahaya Politisasi Masalah Anak Muda

Isu-isu anak muda yang ada di Cianjur mulai takut dipolitisisasi. Mengingat saat ini sedang gembar-gembor slogan ‘anak muda’, perilaku ini malah berdampak negatif untuk masa depan anak muda itu sendiri.

Kadang-kadang, isu-isu anak muda kerap digunakan untuk kepentingan pribadi dan politik praktis. Mencoba meraih hati anak muda berarti harus berani berpikir liar dan kreatif. Sebab, anak muda memiliki keberagaman. Pernahkah para politisi itu bertemu dengan anak-anak muda yang senang menonton band underground? Saya yakin tidak.

Hal ini malah bisa berdampak buruk terhadap pemecahan masalah dan pembangunan di Cianjur. Konflik kepentingan dengan isu anak muda malah memberikan rasa sakit hati di masa depan. Apa yang dijanjikan sangat jarang diwujudkan, sangat jarang bisa memberikan hal-hal yang sesuai harapan. Akhirnya anak muda berdiri lagi di kaki sendiri, dengan mimpinya sendiri juga.

Seharusnya, politisi atau pejabat lebih fokus pada solusi keberlanjutan, ketimbang menggembar-gemborkan masalah anak muda untuk kepentingan politik. Di Cianjur, hal ini sangat kentara. Berbagai kelas dibuat untuk anak muda, tetapi pematerinya adalah founder dari komunitas atau organisasi tersebut.

Itu sebabnya saya lebih senang mengikuti kelas di luar kota atau online dari luar negeri. Karena, anak muda dikenalkan kepada seorang profesional, expert, sesuai dengan bidang yang diajarkan atau diedukasikan. Jika hanya wajah itu-itu saja yang muncul, entah kepentingan apa yang ingin diraih dari adanya gerakan-gerakan anak muda ini.

BACA JUGA: PGK Ajak Anak Muda Cianjur Kawal Pembangunan Gedung Creative Center

Solusi dan Langkah-langkah Konstruktif

Daripada harus maju sendirian di jalur politik karena kadung terkenal sebagai anak muda, lebih baik membawa partisipasi aktif anak muda untuk pembangunan komunitas mereka. Di Cianjur, ada bidang eSport yang dikelola pemerintah, apakah bisa mencakup semua komunitas eSport yang ada sekarang? Belum! Bahkan penuh dengan persyaratan aneh.

Akses pelatihan, keterampilan, dan pendidikan yang berkualitas dan relevan harusnya digencarkan kepada anak muda secara menyeluruh. Ketika ada komunitas yang membuat acara untuk mengembangkan bakat musik anak muda, apakah anak-anak underground ikut dibawa? Entah karena enggan atau takut mengajak mereka.

Pembangunan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan sosial di Cianjur perlu digalakan dengan target anak muda. Setelah skatepark di Taman Kreatif Joglo dibangun, apakah perawatannya memadai? Belum! Keponakan saya lebih senang bermain skateboard di jalan karena skateparknya rusak.

Pemerintah, LSM, dan sektor swasta harus mau dan jangan malu untuk berkolaborasi dengan anak muda. Anak muda di Cianjur mampu berpikir dan mencpitakan program pembangunan yang holistik dan berkelanjutan. Jangan remehkan pikiran-pikiran liar nan kreatif dari anak muda. Walau kadang mereka menabrak budaya yang sudah ada.

BACA JUGA: Save The Date! Besok Akan Ada Sharing Kesehatan Mental di Sela Kopi, Anak Muda Wajib Datang!

Kesimpulan

Masalah anak muda di Cianjur wajib ditangani dengan serius dan bertanggung jawab. Tidak boleh ada kepentingan individu atau politik hanya dengan mengatasnamakan ‘anak muda’. Lebih baik fokus pada bidang yang memang sedang digarap, dan kolaborasi sebanyak-banyaknya dengan anak muda secara menyuluruh.

Ajak anak muda untuk fokus pada solusi yang berkelanjutan dan hindari politisasi terhadap isu-isu tersebut. Anak muda yang terkenal out of the box tidak cocok kalau harus diperalat sebagai sarana atau jalan menuju tujuan seseorang yang tidak merepresentasikan anak muda secara umum.

Saya berharap, masa depan anak muda di Cianjur semakin cerah. Mereka yang tidak betah di sini dan bekerja di luar daerah atau negeri bisa pulang dan membangun peluang di sini. Jika ingin membangun Cianjur, tapi yang membangunnya malah memilih sukses di luar sana, siapa yang membangun? Para founder atau ketua komunitas anak muda? Bukan! Tapi kita semua.

Penulis: Afsal Muhammad (Redaktur Pelaksana Cianjur Update)

banner 325x300
banner 325x300

Tinggalkan Balasan