Makna dan Fungsi Konstruksi Bangunan Leuit di Kampung Budaya Padi Pandanwangi Cianjur

- Rabu, 30 Juni 2021 | 20:28 WIB
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Berhubungan dengan aktivitas menyimpan atau “bank” masyarakat Sunda menempatkannya dalam pola tritangtu atau pola tiga. Terdapat dua “bank” Sunda, yakni bank personal atau pribadi yakni yang ada di rumah yakni goah. Selain itu, terdapat satu lagi nak yaitu bank sosial yakni di lumbung (leuit) kampung.

Leuit menjadi bank penyimpanan kedua untuk menyimpan padi yang didirikan di setiap kampung. Leuit ini digunakan untuk kepentingan bersama, apabila sebuah keluarga kekurangan bahan makanan pokok. Selan itu, juga bisa menjadi cadangan untuk benih padi di ladang.

Pada masyarakat Sunda umumnya, leuit berada di bagian hulu bersebrangan dengan saung lisung (rumah penumbuk padi) dan di tengahnya terdapat balai kampung. Saung lisung bernilai laki-laki, karena tempat menumbuk padi yang berarti konsumsi. Leuit sebagai penyimpanan.
Leuit seperti halnya doah, merupakan kategori perempuan, berarti dari langit, surgawi, berkah, dunia atas. Langit adalah pemberi kehidupan, pemberi hujan untuk huma, dan memberi berkah bagi manusia. Sedangkan padi sendiri adalah tubuh dari Dewi Dri Nyi pohaci, makhluk dari dunia atas.

Apa Itu Leuit?

Leuit atau lumbung padi adalah sebuah tempat untuk menyimpan hasil panen yang masih berbentuk padi. Bangunan ini hanya memiliki satu pintu kecil untuk memasukkan dan mengeluarkan padi. Padi di dalamnya biasanya sangat awet dan dapat disimpan hingga lima tahun.

Wujud fisiknya, leuit hanyalah sebuah bangunan yang sangat sederhana, baik bentuk, bahan bangunan, maupun teknologi pembuatannya. Akan tetapi dibalik itu, ternyata terdapat seperangkat pranata sosial budaya serta konsep-konsep ideasional masyarakat pemiliknya yang mencerminkan bentuk masyarakat bagaimana yang diidamkan oleh masyarakat. Dengan kata lain dalam fenomena leuit tersirat sistem nilai budaya (cultural value sistem) masyarakatnya. Itu pula sebabnya kenapa fenomena leuit ini masih tetap bertahan dan dipertahankan oleh masyarakat pendukungnya hingga kini.

Menurut sejarahnya, leuit sudah ada jauh sebelum sistem pertanian sawah dikenal di daerah Jawa Barat, yaitu ketika masyarakat Sunda masih menggunakan sistem pertanian huma (ladang). Di kalangan masyarakat pedesaan khususnya masyarakat adat dan masyarakat kampung adat terdapatnya banyak leuit. Hampir setiap penduduk memiliki leuit. Keberadaan leuit menjadi bagian utama dari kehidupan mereka sebagai masyarakat petani.

Pada umumnya keberadaan leuit pada komunitas adat, sangat berkaitan dengan sistem kepercayaan mengenai mitos Dewi Sri atau Nyi Pohaci. Selain itu, padi hasil panen tidak bisa langsung diolah menjadi beras (harus melalui suatu proses, seperti penjemuran, penumbukkan) sehingga diperlukan suatu tempat yang dapat menampung dengan baik dan aman.

Halaman:

Editor: cianjurtoday.com

Terkini

Jadi Jurnalis Itu Kece, Tapi Gampang-gampang Susah Tahu!

Selasa, 28 Februari 2023 | 20:08 WIB

Mangkuk Ayam Jago, Legenda Peralatan Dapur di Asia

Minggu, 26 Februari 2023 | 11:24 WIB

Peran Negara dalam Menjamin Kehalalan Produk

Sabtu, 4 Februari 2023 | 12:14 WIB

Generasi Islam, Generasi Pemimpin Peradaban

Sabtu, 4 Februari 2023 | 12:08 WIB

Kognisi yang Diperluas Pada Pendidikan Kontemporer

Sabtu, 7 Januari 2023 | 23:32 WIB

Langkah-langkah Islam dalam Mengatasi Bencana

Selasa, 6 Desember 2022 | 13:33 WIB

ALLPACK Indonesia 2022 Mendorong Inovasi Kemasan UMKM

Senin, 31 Oktober 2022 | 11:58 WIB
X