“Saya lihat keuntungan mereka malah banyak digunakan untuk memberikan tes swab gratis kepada masyarakat yang kurang mampu dan petugas kesehatan di garda terdepan. Kalau tidak salah lebih dari 60.000 tes sudah dilakukan untuk kepentingan tersebut, termasuk juga membantu di RSDC Wisma Atlet,” ungkapnya.
Dengan fakta tersebut, Jodi memastikan keterlibatan perusahaan Menko Luhut yakni PT Toba Sejahtera di PT GSI murni bersifat sosial yakni membantu penanganan pandemi pada masa-masa awal.
Hal itu juga semakin dibuktikan dengan pernyataan sikap Menko Luhut yang terus menyuarakan penurunan harga tes PCR, agar tidak memberatkan masyarakat.
“Jadi tidak ada maksud bisnis dalam partisipasi Toba Sejahtra di GSI, apalagi Pak Luhut sendiri selama ini juga selalu menyuarakan agar harga test PCR ini bisa terus diturunkan sehingga menjadi semakin terjangkau buat masyarakat,” terangnya.
Adapun, nama Luhut Binsar Pandjaitan dan sejumlah konglomerat perusahaan batu bara diduga terlibat dalam bisnis panas tes PCR yang menjadi salah satu alat untuk mendeteksi virus Corona atau Covid-19.
Nama Luhut dikaitkan dengan PT Genomik Solidaritas Indonesia atau GSI yang bergerak dalam pelayanan tes PCR.
Meski demikian, data perusahaan yang tercantum di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham), menunjukkan afiliasi GSI dengan sejumlah konglomerat di antaranya Arsjad Rasjid, Boy Tohir, dan Luhut Binsar Pandjaitan.
Indika Foundation adalah pemegang saham pengendali dari PT GSI karena menguasai 932 lembar emas atau senilai Rp932 juta.